Berbagai keadaan bisa dialami oleh pasien rawat-inap dan ini sering tidak disadari oleh dokter:
* Mayoritas pasien sudah berada dalam keadaan dehidrasi moderat, namun hemodinamik masih baik. Pasien mungkin sudah berhari-hari di rumah dengan asupan air yang kurang dan ada demam tinggi. Demam tinggi ini menyebabkan peningkatan insensible water loss..
* Cemas, depresi atau takut. Ini cenderung terjadi pada pasien-pasien yang sudah mencoba berobat ke sana kemari dan tidak kunjung sembuh.
* Malaise atau letih (fatigue) mungkin merupakan alsan pasien dibawa ke rumah sakit.
* Pasien tidak terbiasa dengan makanan rumah sakit
* Asupan oral kurang karena pasien terlalu lemah untuk mengunyah dan lidah terasa pahit karena kering
* Jam makan yang kaku
* Anorexia (tidak napsu makan), nausea (mual), atau stres
* Kesadaran menurun.
Informasi demikian sering luput dari pengamatan dokter, padahal pasien memerlukan dukungan meintenance untuk keadaan-keadaan tsb.
Tujuan terapi Maintenance bisa dirangkum sbb:
1. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit harian untuk homeostasis.
2. Mencegah gangguan elektrolit dan asam-basa.
3. Mendukung terapi primer.
4. Membantu proses enzimatik & sintesis protein.
5. Memacu penyembuhan.
Apa ciri-ciri larutan maintenance yang unggul ?
* Praktis, mudah dan aman diberikan
* DI samping elektrolit basal (Na+,K+,Cl-) juga mengandung mikromineral (Mg++,Ca++,P) yang dibutuhkan untuk metabolisme sel
* Adanya zinc membantu penyembuhan jaringan. Karena zinc memacu deposisi kolagen pada jaringan yang rusak
* Mengandung asam amino kualitas tinggi (diperkaya BCAA, tinggi EAA) untuk memacu sintesis protein
* Glukosa untuk mempertahankan kadar gula normal( euglycemia)
Produk yang bisa memenuhi kriteria tersebut adalah Aminofluid®. Komposisi Aminofluid dan larutan Maintenance lain (KAEN3B) serta Ringer laktat
II. BAGAIMANA LARUTAN MAINTENANCE BERBEDA DENGAN NUTRISI PARENTERAL ?
Walaupun tidak ada definisi yang tegas di dalam kepustakaan, berdasarkan kepentingan dari konstituen larutan infus, kita bisa mengkategorikan suatu produk sebagai larutan maintenance, jika komponen air dan elektrolit (dalam konsentrasi moderat) sebagai unsur dominan sedangkan kandungan asam amino dan glukosa menyediakan sekedar kebutuhan basal untuk homeostasis dan bukan untuk replesi protein dan energi. Sebaliknya kandungan yang menjadi prioritas dari nutrisi parenteral adalah kandungan asam amino atau NPC (nonprotein calories baik sebagai karbohidrat atau lipid).
III. CARA MEMBERIKAN LARUTAN MAINTENANCE
* Tempat kanula: larutan yang mengandung osmolaritas kurang dari 900 mOsm/L bisa diberikan melalui vena tepi. Namun sebaiknya dipilih vena yang lebih proksimal (basilica,cephalic atau median cubital) karena tingginya insiden flebitis jika digunakan vena punggung tangan. Pasien usia lanjut lebih rentan terhadap flebitis dibandingkan dewasa muda.
* Laju pemberian umumnya 20 tetes per menit (drip makro). Namun perlu diperhatikan kandungan glukosa dan kalium dari setiap larutan infus. Pada dewasa laju maksimum pemberian glukosa adalah 4 mg/kg/minute (9), dan kalium 10 mEq per jam. Walaupun anjuran asupan kalium harian adalah 1-2 mEq/kg, dosis maintenance minimum dewasa untuk homeostasis bisa dipenuhi dengan 20-30 mEq hari. (10)
* Obat suntik tidak boleh dioplos ke dalam Aminofluid karena bisa meningkatkan osmolaritas dan mengganggu kestabilan komposisi. Bila dianggap perlu, obat suntik bisa diberikan dengan piggy bag (untuk drip kontinyu) atau via stop cork (jika bolus) sementara aliran infus primer dihentikan.
IV. CARA MENILAI MANFAAT TERAPI SUPORTIF
Keberhasilan dan kegagalan terapi tidak bisa dilakukan oleh suatu terapi tunggal. terapi pendukung sifatnya adalah membantu terapi primer. Untuk mengevaluasi manfaat terapi secara holistik, bisa digunakan sistem skoring untuk gejala-gejala subyektif yaitu skor fatigue, napsu makan dan aktivitas sehari-hari (lihat lampiran)
V. MONITORING DAN KOMPLIKASI POTENTIAL
Monitoring adalah hal terpenting dalam terapi cairan MAINTENANCE. Bila tersedia fasilitas lab, idealnya diperiksa panel elektrolit dan metabolik (Na+,K+,Cl-,HCO3-, BUN, glucose, creatinine) (11) sebelum memberikan cairan. Pada kasus yang cukup serius atau berat paling tidak harus diperiksa Na+ dan K+. Tidak sesuai untuk memberikan cairan natrium rendah (hipotonik) ke pasien dengan hiponatremia (1). Di lain pihak, tidak tepat jika cairan dengan natrium tinggi (misal NS) diberikan kepada pasien dengan hipernatremia (12). Bilamana perlu, larutan Maintenance bisa digabung dengan larutan pengganti (Asering, RL, Normal saline) atau produk nutrisi parenteral.
Hipokalemia banyak dijumpai pada pasien rawat-inap dan bisa dicegah. Pentingnya kalium terungkap dari laporan tentang prevalensi hipokalemia di beberapa rumah sakit, di mana pasien-pasien hanya diberikan larutan pengganti selama perawatan. Larutan pengganti mengandung 4 mEq/L of K+ (Ringer’s lactate) or 0 mEq of K+ (Normal Saline)
% hypokalemia on admission
% hypokalemia on Discharge
Hiperkalemia bisa diinduksi dan atau diperberat jika larutan yang mengandung kalium diberikan kepada pasien oliguria (vol urine < 400 ml/24 jam) atau anuria (<100 ml/24 jam).
VI. KESIMPULAN
* Terapi suportif yang baik akan memacu penyembuhan pasien
* Terapi cairan Maintenance telah berevolusi dari sekedar memberikan air dan elektrolit basal dalam kemasan tunggal, menjadi formulasi praktis,lengkap elektrolit,asam,amino,glukosa dan mikromineral dalam kemasan canggih dual-chamber
* Tujuan terpenting dari terapi cairan Maintenance adalah mengoreksi homeostasis, memperbaiki KU, melawan letih dan meningkatkan napsu makan, serta memacu penyembuhan
* Peranan BCAA (Leucine, Isoleucine dan Valine) semakin banyak diketahui
* Temuan terakhir mengesankan bahwa BCAA bisa meningkatkan napsu makan dan memacu sintesis protein di otot rangka
* Aminofluid tidak ditujukan untuk replesi energi dan protein
* Aminofluid adalah larutan Maintenance masa kini, bukan produk nutrisi parenteral atau hypocaloric feeding
* Bila dipandang perlu Aminofluid bisa dikombinasi dengan larutan elektrolit lain (RA, RL, NS, KAEN) atau produk nutrisi parenteral.
* Mayoritas pasien sudah berada dalam keadaan dehidrasi moderat, namun hemodinamik masih baik. Pasien mungkin sudah berhari-hari di rumah dengan asupan air yang kurang dan ada demam tinggi. Demam tinggi ini menyebabkan peningkatan insensible water loss..
* Cemas, depresi atau takut. Ini cenderung terjadi pada pasien-pasien yang sudah mencoba berobat ke sana kemari dan tidak kunjung sembuh.
* Malaise atau letih (fatigue) mungkin merupakan alsan pasien dibawa ke rumah sakit.
* Pasien tidak terbiasa dengan makanan rumah sakit
* Asupan oral kurang karena pasien terlalu lemah untuk mengunyah dan lidah terasa pahit karena kering
* Jam makan yang kaku
* Anorexia (tidak napsu makan), nausea (mual), atau stres
* Kesadaran menurun.
Informasi demikian sering luput dari pengamatan dokter, padahal pasien memerlukan dukungan meintenance untuk keadaan-keadaan tsb.
Tujuan terapi Maintenance bisa dirangkum sbb:
1. Memenuhi kebutuhan air dan elektrolit harian untuk homeostasis.
2. Mencegah gangguan elektrolit dan asam-basa.
3. Mendukung terapi primer.
4. Membantu proses enzimatik & sintesis protein.
5. Memacu penyembuhan.
Apa ciri-ciri larutan maintenance yang unggul ?
* Praktis, mudah dan aman diberikan
* DI samping elektrolit basal (Na+,K+,Cl-) juga mengandung mikromineral (Mg++,Ca++,P) yang dibutuhkan untuk metabolisme sel
* Adanya zinc membantu penyembuhan jaringan. Karena zinc memacu deposisi kolagen pada jaringan yang rusak
* Mengandung asam amino kualitas tinggi (diperkaya BCAA, tinggi EAA) untuk memacu sintesis protein
* Glukosa untuk mempertahankan kadar gula normal( euglycemia)
Produk yang bisa memenuhi kriteria tersebut adalah Aminofluid®. Komposisi Aminofluid dan larutan Maintenance lain (KAEN3B) serta Ringer laktat
II. BAGAIMANA LARUTAN MAINTENANCE BERBEDA DENGAN NUTRISI PARENTERAL ?
Walaupun tidak ada definisi yang tegas di dalam kepustakaan, berdasarkan kepentingan dari konstituen larutan infus, kita bisa mengkategorikan suatu produk sebagai larutan maintenance, jika komponen air dan elektrolit (dalam konsentrasi moderat) sebagai unsur dominan sedangkan kandungan asam amino dan glukosa menyediakan sekedar kebutuhan basal untuk homeostasis dan bukan untuk replesi protein dan energi. Sebaliknya kandungan yang menjadi prioritas dari nutrisi parenteral adalah kandungan asam amino atau NPC (nonprotein calories baik sebagai karbohidrat atau lipid).
III. CARA MEMBERIKAN LARUTAN MAINTENANCE
* Tempat kanula: larutan yang mengandung osmolaritas kurang dari 900 mOsm/L bisa diberikan melalui vena tepi. Namun sebaiknya dipilih vena yang lebih proksimal (basilica,cephalic atau median cubital) karena tingginya insiden flebitis jika digunakan vena punggung tangan. Pasien usia lanjut lebih rentan terhadap flebitis dibandingkan dewasa muda.
* Laju pemberian umumnya 20 tetes per menit (drip makro). Namun perlu diperhatikan kandungan glukosa dan kalium dari setiap larutan infus. Pada dewasa laju maksimum pemberian glukosa adalah 4 mg/kg/minute (9), dan kalium 10 mEq per jam. Walaupun anjuran asupan kalium harian adalah 1-2 mEq/kg, dosis maintenance minimum dewasa untuk homeostasis bisa dipenuhi dengan 20-30 mEq hari. (10)
* Obat suntik tidak boleh dioplos ke dalam Aminofluid karena bisa meningkatkan osmolaritas dan mengganggu kestabilan komposisi. Bila dianggap perlu, obat suntik bisa diberikan dengan piggy bag (untuk drip kontinyu) atau via stop cork (jika bolus) sementara aliran infus primer dihentikan.
IV. CARA MENILAI MANFAAT TERAPI SUPORTIF
Keberhasilan dan kegagalan terapi tidak bisa dilakukan oleh suatu terapi tunggal. terapi pendukung sifatnya adalah membantu terapi primer. Untuk mengevaluasi manfaat terapi secara holistik, bisa digunakan sistem skoring untuk gejala-gejala subyektif yaitu skor fatigue, napsu makan dan aktivitas sehari-hari (lihat lampiran)
V. MONITORING DAN KOMPLIKASI POTENTIAL
Monitoring adalah hal terpenting dalam terapi cairan MAINTENANCE. Bila tersedia fasilitas lab, idealnya diperiksa panel elektrolit dan metabolik (Na+,K+,Cl-,HCO3-, BUN, glucose, creatinine) (11) sebelum memberikan cairan. Pada kasus yang cukup serius atau berat paling tidak harus diperiksa Na+ dan K+. Tidak sesuai untuk memberikan cairan natrium rendah (hipotonik) ke pasien dengan hiponatremia (1). Di lain pihak, tidak tepat jika cairan dengan natrium tinggi (misal NS) diberikan kepada pasien dengan hipernatremia (12). Bilamana perlu, larutan Maintenance bisa digabung dengan larutan pengganti (Asering, RL, Normal saline) atau produk nutrisi parenteral.
Hipokalemia banyak dijumpai pada pasien rawat-inap dan bisa dicegah. Pentingnya kalium terungkap dari laporan tentang prevalensi hipokalemia di beberapa rumah sakit, di mana pasien-pasien hanya diberikan larutan pengganti selama perawatan. Larutan pengganti mengandung 4 mEq/L of K+ (Ringer’s lactate) or 0 mEq of K+ (Normal Saline)
% hypokalemia on admission
% hypokalemia on Discharge
Hiperkalemia bisa diinduksi dan atau diperberat jika larutan yang mengandung kalium diberikan kepada pasien oliguria (vol urine < 400 ml/24 jam) atau anuria (<100 ml/24 jam).
VI. KESIMPULAN
* Terapi suportif yang baik akan memacu penyembuhan pasien
* Terapi cairan Maintenance telah berevolusi dari sekedar memberikan air dan elektrolit basal dalam kemasan tunggal, menjadi formulasi praktis,lengkap elektrolit,asam,amino,glukosa dan mikromineral dalam kemasan canggih dual-chamber
* Tujuan terpenting dari terapi cairan Maintenance adalah mengoreksi homeostasis, memperbaiki KU, melawan letih dan meningkatkan napsu makan, serta memacu penyembuhan
* Peranan BCAA (Leucine, Isoleucine dan Valine) semakin banyak diketahui
* Temuan terakhir mengesankan bahwa BCAA bisa meningkatkan napsu makan dan memacu sintesis protein di otot rangka
* Aminofluid tidak ditujukan untuk replesi energi dan protein
* Aminofluid adalah larutan Maintenance masa kini, bukan produk nutrisi parenteral atau hypocaloric feeding
* Bila dipandang perlu Aminofluid bisa dikombinasi dengan larutan elektrolit lain (RA, RL, NS, KAEN) atau produk nutrisi parenteral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar