c
Hello teman terimaksih telah berkunjung di blog BERBAGI ILMU sebelunya aku mohon maaf apabila yang anda cari tidak sesuai dengan yang anda harapkan disini kita semua belajar dan saya sebagai admin berusaha untuk berbagi ilmu dengan anda semoga bermamfaat salam hangat IVAN JUNTAK.
Share |

Kamis, 05 Mei 2011

Askep pada Hipermagnesemia




A.    PENGERTIAN

Hipermagnesemia adalah kadar magnesium >2,5 mEq/L yang terjadi hampir secara khusus pada individu dengan gagal ginjal yang mengalami peningkatan maukan magnesium, misalnya menggunakan obat yang mengandung magnesium (Horne dan Swearingen, 2001).

B.     PENYEBAB

Orang yang sehat dapat mengekskresikan sampai 60 mg setiap hari. Jadi hipermagnesemia bukanlah masalah klinis yang umum, tetapi dapat terlihat pada gagal ginjal, tenggelam di dalam air asin, memakan magnesium atau sebagai terapi medis.
Hipermagnesemia ringan umumnya tejadi dalam gagal ginjal lakatif serta antacid yang mengandung magnesium dapat menghasilkan gejala-gejala dalam pasien ini.
Hipermagnesemia terjadi karena kelebihan penggunaan obat magnesium, antacid, lakatif dan edema.gejala utama dari hipermagnesemia adalah akibat dari depresi perifer dan transmisi neuromuscular sentral. Gejala tidak terjadi sampai kadar magnesium 4 mEq/L (Skach, 1995).

C.    PATOFISIOLOGI

Pasien penyakit ginjal stadium akhir sering mengalami  hipermagnesemia dalam tingkat sedang yang memburuk bila memakan senywa yang mengandung magnesium seperti antasida atau katartik. Konsumsi garam magnesium  yang tidak disadari, seperti katartik dapat diidentifikasi dengan terlihatnya hipermagnesemia. Rhabdomiolisis menyebabkan hipermagnesemia karena pelepasan dari otot yang cedera. Insufisiensi adrenal juga dapat menyebabkan hipermagnesemia dalam tingkat sedang. Setengah dari penderitan hiperkalemia hipokalsiurik familial yang berpeluang mengalami hipermagnesemia dalam tingkat sedang. Hipermagnesemia yang berat (6,5 mmol/L) telah ditemukan pada penderita yang hampir mati tenggelam di laut mati di Jordania atau danau Basque di British Columbia . Konsentrasi magnesium dalam air dari rerata simber ini  masing-masing adalah 164 dan 174 mmol/L. di laut Mati, harapan hidup bagi mereka yang hampir mati tenggelam telah dicirikan sebagai hiperkalsemia karena tingginya kandungan kalsium dalam air di daerah tersebut (Knochel, 2000).


D.    GEJALA KLINIS

Efek utama dari hipermagnesemia adalah neurologik, neuromuscular dan kardiovaskular. Magnesium bertindak sebagai depresan SSP umum. Magnesium juga mempunyai efek seperti kerare pada sambungan neuromuscular, berkisar dari menurunnya refleks tendon dalam sampai paralysis total dan apnea. Hipermagneemia juga dapat menyebabkan vasodilatasi dan hipotensi (Skach, 1995).

E.     KOMPLIKASI

Hipermagnesemia simtomatik jarang dijumpai dan biasanya dipersingkat oleh overdosis garam magnesium atau akibat pemberian magnesium pada eklamsia. Bayi yang lahir dari ibu yang mengalami eklamsia yang diterapi dengan magnesium dapat mengalami hipermagnesemik. Magnesium dapat menurunkan transmisi neuromuskuler  karena dapat bertindak sebagai depresan susunan saraf pusat. Gejala hipermagnesemia biasanya berkolerasi dengan kadar serum. Mual  biasanya muncul pada kadar antara 2 dan 4 mmol/L (5 dan 10 mg/dL). Sedasi, hipoventilasi dengan asidosis pernapasan, menurunnya refleks tendon dalam, dan kelemahan otot muncul pada kadar antara 8 dan 14 mmol/L (20 dan 34 mg/dL). Hippotensi, bradikardi, dan vasodilatasi yang difus muncul pada kadar 10 sampai 20 mmol/L (24 ampai 48 mg/dL). Areflexia, koma, dan paralisis pernapasan terjadi pada 20 sampai 30 mmol/L (48 sampai 72 mg/dL). Pasien yang mendapat terapi eklamsia harus diamati dengan sangat cermat untuk menemukqan tanda keracunan magnesium. Jika hal ini terjadi,  gejala dan temuan biasanya dapat dibalikan secara cepat dengan infus garam kalsium, karena muatan listrik ion ini saling bertentangan di tempat kerjanya. Pemberian garam faali dan furosemik dapat membantu ekskresi magnesium. Hemodialisis juga efektif (Knochel, 2000).

F.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut Horne dan Swearingen (2001) pemeriksaan diagnostik dibagi menjadi:
1.Magnesium serum : kadar sistematik lebih besar dari 3 mEq/L (meningkat sampai 10-20 mEq/L mengakibatkan depresi pernapasan, koma dan henti jantung).
2.EKG internal Q-T dan P-R memanjang, QRS lebar, peninggian gelombang T, terjadinya blok jantung dan henti jantung.

G.    ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN
Doengus (2001) menguraikan pengkajian sebagai berikut :
a)      Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letargi umum
Tanda : mengantuk, letargi, stupor
b)      Sirkulasi
Tanda : hipotensi (ringan sampai berat).
Nadi lemah/tidak teratur, bradikardi, henti jantung.
c)      Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah
d)     Neurosensori
Tanda : Kulit kemerahan, berkeringat.
Depresi refleks tendon dalam (profunda) berlanjut sampai paralysis flaksid.
Penurunan tingkat kesadaran, letergi berlanjut sampai koma.
Bicara tidak jelas.
e)      Pernapasan
Tanda : hipotensilasi berlanjut sampai apnea/penghentian pernapasan.

            ANALISA DATA
           
            Analisis data ini merupakan modifikasi dari Doenges tahun 2000 dan NANDA tahun 2005-2006.

No
Data Penunjang
Masalah
Penyebab
1
DS: tidak mampu mempertahankan kerja yang biasa dilakukan.
DO :
  • Letargi/stupor
  • Tidak menghiraukan lingkungan
  • Peningkatan denyut jantung/denyut nadi pada antivitas yang minimal.
Kelelahan
Ketidakseimbangan elektrolit tubuh sekunder akibat hipermagnesemia.
2
DS : melaporkan prubahan mental,    cemas, gelisah.
DO :
  • Disirtmia
  • Hipotensi (ringann sampai berat)
  • Bradikardi
  • Henti jantung
  • Curah jantung < 4 L/menit
Penurunan curah jantung
Penurunan kontraktilitas miokard sekunder akibat hipermagnesemia.







3
DS  : Mengeluh mual/muntah
DO :
  • Berat badan di bawah ideal lebih dari 20 %
  • Tonus otot buruk
  • Bunyi usus hiperantif
  • Konjungtiva dan membaran mukosa pucat
  • Menolak untuk makan
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan absorpsi nutrien sekunder akibat hipermagnesemia
4
DS : melaporkan atau menunjukkan perubahan sensori akut
DO :
  • Hilangnya/menurnnya refleks tendon dalam
  • Penurunan tingkat kesadaran
  • Inkoordinasi motorik
  • Bicara tidak jelas
  • Gelisah
Gangguan sensori persepsi
Perubahan resepsi, transmisi dan/atau integrasi sensori sekunder akibat hipermagnesemia
5
DS : sakit kepala ketika bangun
DO :
  • hipoventilasi berlanjut sampai apnea
  • dispnea
  • sianosis
  • takikardi
  • hipoksia
  • gelisah/penurunan mental
Kerusakan pertukaran gas
Ketidakseimbangan perfusi ventilasi sekunder akibat hipermagnesemia



2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)      kelemahan b.d ketidakseimbangan elektrolit tubuh sekunder akibat hipermagnesemia.
DS   : tidak mampu mempertahankan kerja yang biasa dilakukan sehari-hari.
DO : letargi/stupor, tidak menghiraukan lingkungan, peningkatan denyut jantung/denyut nadi pada aktivitas yang minimal.
2)      Penurunan curah jantung b.d penurunan kontratilitas miokard sekunder akibat hipermagnesemia.
DS : melaporkan perubahan mental, cemas, gelisah.
DO : disritmia, hipotensi (ringan sampai berat), nadi lemah/tidak teratur, bradikardi, henti jantung, curah jantung < 4 L/menit.
3)      penurunan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorpsi nutrien sekunder akibat hipermagnesemia.
DS  : mengeluh mual/muntah.
DO : berat badan di bawah ideal lebih dari 20%, tonus otot buruk, bunyi usus hiperaktif, konjungtiva dan membran mukosa pucat, menolak untuk makan.
4)      gangguan sensori persepsi b.d perubahan persepsi, transmisi, dan/atau integrasi sensori sekunder akibat hipermagnesemia.
DS    :  melaporkan/menunjukkan perubahan sensori akut.
DO : hilangnya/menurunnya refleks tendon dalam, penurunan tingkat kesadaran, inkoordinasi motorik, bicara tidak jelas, gelisah.
5)      kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi sekunder akibat hipermagnesemia.
DS   :   sakit kepala ketika bangun.
DO : hipoventilasi berlanjut sampai apnea, dispnea, sianosis, takikardi, hipoksia, gelisah/perubahan mental.

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1.      kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi sekunder akibat hipermagnesemia.
DS   : sakit kepala ketika bangun.
DO : hipoventilasi berlanjut sampai apnea, dispnea, sianosis, takikardi, hipoksia, gelisah/perubahan mental.


2.      penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas miokard sekunder akibat hipermanesemia.
DS  :  melaporkan perubahan mental, cemas, gelisah.
DO : disritmia, hipotensi (ringan sampai berat), nadi lemah/tidak teratur, bradikardi, henti jantung, curah jantung < 4 L/menit.

3.      gangguna sensori persepsi b.d perubahan resepsi, transmisi, dan/atau integritas sensori sekunder akibat hipermagnesemia.
DS   :  melaporkan/menunjukkan perubahan sensori akut.
DO : hilangnya/menurunnya refleks tendon dalam, penurunan tingkat kesadaran, inkoordinasi motorik, bicara tidak jelas, gelisah.

4.      perubahan nitrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorpsi nutrien sekunder akibat hipermagnesemia.
DS : mengeluh mual/muntah.
DO : berat badan di bawah ideal lebih dari 20%, tonus otot buruk, bunyi usus hiperaktif, konjungtiva dan membran mukosa pucat, menolak untuk makan.

5.      kelelahan b.d ketidakseimbangan elektrolit tubuh sekunder akibat hipermagnesemia.

DS : tidak mampu mempertahankan kerja yang biasa dilakukan sehari-  hari.
DO : letargi/stupor, tidak menghiraukan lingkungan, peningkatan denyut jantung/denyut nadi pada aktivitas yang minimal.

3.      PERENCANAAN

NO
DX. KEP & DATA PENUNJANG
PERENCANAAN
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
1
Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi sekunder akibat hipermanesemia

DS: sakit kepala ketika bangun

DO:
  • Hipoventilasi berlanjtu sampai apnea
  • Dispnea
  • Sianosis
  • Takikardi
  • Hipoksia
  • Gelisah/perubahan mental
Goal: klien akan meningkatkan perbaikan pertukaran gas selama dalam perawatan

Objektif: dalam waktu 6-12 jam perawatan klien:
·        Mengatakan sesak napasa berkurang atau hilang
·         Frekuensi pernapasan 12-24 x/menit
·         Tidak adanya kebiru-biruan pada bibir, kulit dan telinga
·         Denyut jantung 60-80 x/menit

a         Pantau frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernapas




b        Pantau status mental






c         Awasi frekuensi jantung atau irama

d        Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam misalnya selimut tambahan, suhu ruangan nyaman, kompres dingin


e         Pertahankan istirahat tidur. Motivasi menggunakan teknik relaksasi dan aktivtas senggang

f         Tinggikan kepala dan motivasi sering mengubah posisi dan napas dalam



g        Pantau tingkat ansietas. Motivasi mengatakan masalah/perasaan. Jawab pertanyaan dengan jujur. Atur pertemuan atau kunjungan oleh orang terdekat/pengunjung sesuai indikasi






h        Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah seputum merah muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea, gelisah.
i          Observasi warna kulit, membran mukosa, catat adanya sianosis sentral (sirkumoral).

j          Pantau frekluensi/kedalaman/irama napas. Motivasi untuk latihan batuk/napas dalam. Tinggikan kepala sesuai indikasi.



k        Siapkan untuk pemindahan ke unit perawatan kritis bila diindikasikan

a.       Manifestasi distress pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum

b.      Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen, menunjukkan penurunan oksigenasi serebral.


c.       Takikardi biasanya ada akibat demam

d.      Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu okigenasi seluler





e.       Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan atau konsumi oksigen


f.       Tindakan ini mningkatkan inspirasi maksimal untuk memperbaiki ventilasi


g.      Ansietas adalah manifestasi masalah psikologi sesuai dengan respon fisiologi terhadap hipoksia. Pemberian keyakinan dan meningkatkan rasa aman dapat menurunkan komponen psikologis, sehingga menurunkan kebutuhan oksigen dan efek merugikan dari respon fisiologi


h.      Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian dan membutuhkan intervensi medik segera






i.        Sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut (membran hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik

j.        Transmisi neuromuskular di blok oleh kelebihan magnesium mengakibatklan kelemahan muskular dan hipoventilasi yang berlanjut sampai apnea


k.      Intubasi dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan pada kejadian kegagalan pernapasan

2.
Penurunan curah jantung b/d kontraktilitas miokard sekunder akibat hipermagnesemia

DS: melaporkan perubahan mental, cemas, gelisah.

DO:
  • Disritmia
  • Hipotensi
  • Nadi lemah bradikardi
  • Henti jantung
  • Curah jantung < 4 L/menit
·         
Goal: klien akan mempertahankan curah jantung selama dalam perawatan.

Obektif: dalam waktu 12 jam perawatan, klien :
·         Kondisi irama jantung teratur
·         Tekanan jantung : sistol 100 – 120 mmhg, diastol 60 – 90 mmhg
·         Denyut jantung 60 – 80x/menit
·         Curah jantung >5L/menit
a.       Pantau tekanan darah






b.      Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan keteraturan. Auskulasi nadi apikal. Catat frekuensi/irama  dan adanya bunyi jantung ekstra







c.       Pantau/catat irama jantung
















d.      Selidiki perubahan sensori dan perilaku, contoh bingung dan gelisah





e.       Catat adanya gejala gastrointestinal




f.       Catat juga penggunaan obat yang meningkatkan disritmia



g.      Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut



h.      Tekankan pentingnya menghindari regangan/angkat berat, khususnya selama defekasi









i.        Pantau dan catat efek respon obat, catat TD, frekuensi jantung dan irama

















j.        Motivasi pelaporan cepat adanya nyeri untuk upaya pengobatan sesuai indikasi







k.      Pantau frekuensi atau irama jantung
a.    Disritmia dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan hipoksia jaringan



b.  Nadi/frekuensi jantung cepat tidak teratur atau terlalu lambat dapat menunjukkan toksisitas. Bunyi jantung ekstra umum pada adanya gagal jantung kongestif

c.    Disirtmia dapat terjadi, termasuk beberapa yang mengancam hidup. PVC umum dengan kemungkinan irama bigeminal dan trigeminal. Takidisritmia akibat digitalis dapat menim bulkan disritmiaventrikel letal

d.   Gangguan psikis dapat ditimmbulkan oleh penurunan curah janutng atau ketidakseimbangan elektrolit

e.      Dapat menunjukkan gangguan elektrolit atau curah jantung

f.    Tiazid dan dioretik, steroit dan laksatif meningkatkan disritmia

g.    Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan menurunkan kerja miokard

h.    Menuver valsalva menyebabkan rangsangan vegal, menurunkan frekuensi jantung (bradikardi) yang diikuti takikardi, keduanya mengganggu curah jantung

i.     Efek yang diinginkan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan stress ventrikuler.obat dengan kandungan inotropik negatif dapat menurunkan perfusi terhadap isokemik miokardium

j.     Intervensi sesuai waktu menurunkan konsumsi oksigen dan kerja jantung dan mencegah/meminimalkan komplikasi jantung

k.    Bradikardi dan blok jantung dapat terjadi sampai henti jantung sebagai akibat langsung dari hipermagnesemia pada otot jantung
3
Gangguan sensori persepsi b.d perubahan resepsi, transmisi, dan/atau integrasi sensori sekunder akibat hipermagnesemia
DS: melaporkan atau menunjukkan perubahan sensori akut

DO:
  • Hilangnya/menurunnya refleks tendon dalam
  • Penurunan tingkat kesadaran
  • Inkoordinasi motorik
  • Bicara tidak jelas
  • gelisah
GOAL: klien akan meningkatkan status kesadaran sensori persepsi selama perawatan

OBJEKTIF: dalam waktu 3 x 24 jam perawatan, klien:
  • orientasi terhadap waktu, tempat, orang
  • adanya peningkatan koordinasi motorik
  • dapat bicara dengan jelas
  • mengatakan tidak gelisah
a      Berikan rangsangan taktil, sentuh pasien pada area dengan sensori utuh, misalnya bahu, wajah, kepala


b      Berikan stimulus sensori yang sesuai, meliputi suara musik yang lembut: jam (waktu) televisi (berita/pertunjukkan)bercakap-cakap santai

c     Pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam perasaan, sensorik dan proses psikis












d    Pantau kesadaran sensori seperti respon sentuhan, panas/dingin, benda tajam/tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan letak tubuh. Perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensori yang lain



e      Catat adanya perubahan yang spesifik dalam hal kemampuan seperti memusatkan kedua mata dengan mengikuti instrusi verbal yang sederhana dengan jawaban “ya” atau “tidak” makan sendiri dengan tangan dominan pasien

f       Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dan melelahkan aktivitas

g      Orientasikan kembali pasien pada lingkungan dan staf sesuai kebutuhan

h      Sarankan orang terdekat untuk berbicara dan memberikan sentuhan pada pasien dan untuk memelihara keterikatan dengan apa yang terjadi pada keluarga




i        Pantau tingkat kesadaran dan status neuromuskuler, misalnya refleks/tonus, gerakan, kekuatan
a.Menyentuh/menyampaikan perhatian dan memenuhi kebutuhan fisiologi dan psikologi normal



b. Pasien (biasanya sadar) merasa terisolasi total karena terjadi paralisis dan selama fase penyembuhan



c.  Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dahulu oleh adanya gangguan sirkulasi oksigenisasi. Perubahan motorik. Persepsi, kognitif dan kepribadian mungkin berkembang dan menetap dengan perbaikan respon secara perlahan-lahan atau tetap bertahan secara terus menerus pada derajat tertentu

d. Informasi penting untuk keamanan pasien. Semua sistem sensori dapat terpengaruh dengan adanya perubahan yang melibatkan peningkatan/penurunan sensivititas atau kehilangan sensasi/ kemampuan untuk menerima dan berespon secara sesuai pada stimulus
e.Membantu melokalisasi otak yang mengalami gangguan  dan mengidentifikasi tanda perkembangan terhadap peningkatan fungsi neurologis






f.  Menurunkan frustasi yang berhubungan dengan perubahan kemampuan/pola respon yang memanjang

g.Membantu menurunkan kecemasan




h. Membantu orang terdekat merasakan masuk di dalam hidup pasien(menurunkan perasaan tidak berdaya/tidak ada harapan) dan menurunkan kecemasan pasien mengenai keluarga selama perpisahan tersebut

i.  Represi neuromuskuler dapat menyebabkan tingkat penurunan kewaspadaan, berlanjut pada koma dan depresi respon muskuler, berlanjut pada paralisis flaksid

4
Perubahan nutrisi: kurang dari kebuthan tubuh b.d gangguan absorpsi nutrien sekunder akibat hipermagnesemia

DS : mengelih mual/muntah

DO :
·       berat badan di bawah ideal lebih dari 20%
·       tonus otot buruk
·       bunyi usus hiperaktif
·       konjungtiva dan membran mukosa pucat
·       menolak untuk makan
GOAL : klien akan meningkatkan status nutrisi yang adekuat selama dalam perawatan

OBJEKTIF : dalam waktu 3x24 jam perawatan klien:
·     berat badan bertambah ¼ Kg
·     bunyi usus setiap 5-20 detik
·    menghabiskan porsi makan yang disediakan
a         Timbang berat badan setiap hari


b        Motivasi tirah baring dan/atau pembatasan aktivitas selama fase akut


c         Anjurkan istirahat sebelum makan



d        berikan kebersihan oral


e         Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani

f         Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus, misalnya produksi susu

g        Catat pemasukan dan perubahan simtomatologi





h        Motivasi pasien untuk mengatakan parasaan masalah mulai makan diet


i          Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan/atau makan di antara waktu makan



j          Berikan dan bantu higiene mulut yang baik : sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka
a. Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi

b Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi

c.Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan

d. Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan

e. Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan


f.  Mencegah serangan akut/eksaserbasi gejala





g. Memberikan rasa kontrol pada pasien dan kesempatan untuk memilih makanan yang diinginkan, dapat meningkatkan masukan

h.  Keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan akan eksaserbasi gejala

i. Makan  sedikit dapat menurunkan  kelemhan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster

j. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapu/luka/perdarahan dan nyeri berat

5
Kelelahan b.d ketidak seimbangan elektrolit tubuh sekunder akibat hipermagnesemia

DS : tidak mamp mempertahankan kerja yang biasa dilakukan ehari-hari

DO :
·       letargi/stupor
·       tidak menghiraukan lingkungan
·       peningkatan denyut jantung/denyut nadi pada aktivitas yang minimal
GOAL : klien akan meningktakantenaga untuk aktivitas selama dalam perawatan
OBJEKTIF : dalam waktu 3x24 jam perawatan, klien :
·     keadaan umum tidak lemah
·     adanya peningkatan respon terhadap lingkungan sekitar
·     tekanan darah sistol 100-120 mmHg,tekanan darah diastol 60-90 mmHg
·     denyut nadi 60-90x/menit
a     Pantau/diskusikan tingkat kelemahn klien dan identivikasi aktivitas yang dapat dilakukan klien

b     Pantau tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Observasi adanya takikardia, hipotensi dan perifer yang dingin


c     Diskusikan kebutuhan aktivitas dan rencanakan jadwal aktivitas bersama-sama dengan pasien. Identifikasikan aktivitas yang menyebabkan kelemahan








d    Sarankan pasien untuk menentukan masa/periode antara istirahat dan melakukan aktifitas

e     Diskusikan cara untuk menghemat tenaga (misalnya, duduk lebih baik daripada berdiri selama melakukan aktivitas/latihan), jika perlu biarkan pasien melakukan sendiri
f      Berikan keempatan pasien untuk ikut berpartisipasi secara adekuat untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari sebagian atau seluruhnya. Tingkatkan keterlibatan pasien sesuai kemamppuannya
g     Motivasi masukan nutrisi



h     Tingkatkan tirah baring dalam aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

i       Hindari masukan antasida mengandung magnesium, misalnya maalox, geluil, riopen, pada pasien dengan penyakit ginjal
a. Pasien biasanya lelah mengalami penurunan tenaga, kelemahan otot terus memburuk setiap hari


b. Kolabnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari tres aktivitas jika curah jantung berkurang




c.Meskipun pasien  mungkin pada awal merasa terlalu lemah untuk melakukan  aktivitas. Aktivitas yang berkurang selama terapi hormon pengganti untuk memperbaiki tonus dan kekuatan otot, menurunnya kelelahan. Selain itu, hal tersebut memberikan harapan bahwa kemampuan untuk melakukan aktivitas yang akan kembali seperti semula
d. Mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pada jantung


e.Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukannya



f. Menambahkan tingkat keyakinan pasien harga diri secara baik sesuai dengan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransinya






g. Masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas
h.Paralisis flaksid,  letargi dan penurunan mental/menurunkan toleransi/kemampuan aktivitas
i.Membatasi masukan oral untuk membantu mencegah hipermagnesemia


4.      PENDIDIKAN PASIEN

Beri pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis mengenai hal berikut (Horne dan Swearingen, 2001) :
a.       Obat-obatan, termasuk nama obat, tujuan, dosis, jadwal, kewaspadaan dan potensial efek samping.
b.      Indokator hipermagnesemia. Tinjau ulang gejala yang memerlukan perhatian medis segera : perubahan fungsi mental, mengantuk dan kelmahan otot.
c.       Obat-obatan yang mengandung magnesium yang harus dihindari.

     sumber:http://hudamhgreenuwet.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...