Kanker leher rahim merupakan kanker yang terbanyak diderita wanita-wanita di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia . Walaupun k anker leher rahim masih merupakan kanker pada wanita nomor 2 tersering di seluruh dunia. Ini merupakan kanker yang paling banyak pada wanita di negara berkembang. Di Indonesia, setiap hari 40 wanita didiagnosa kanker leher rahim dan setiap harinya 20 wanita penderita kanker leher rahim meninggal dunia. Perbedaan yang besar ini mencerminkan pengaruh dari skrining masal secara luas yang menggunakan metode pemeriksaan sel leher rahim. Perhatian besar kita pada dekade terakhir ini pada kanker leher rahim dikarenakan 99% kanker ini berhubungan dengan infeksi HPV. Laporan dari manca negara menunjukkan 80% HPV yang menyebabkan kanker leher rahim adalah HPV tipe 16 dan 18.
Umur penderita pada umumnya antara 30-60 tahun dan terbanyak pada umur 45-50 tahun. Periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif sekitar 10 tahun, hanya 9% dari perempuan berumur kurang dari 35 tahun yang menunjukkan keganasan leher rahim yang invasif pada saat didiagnosis, sedangkan 53% dari karsinoma in situ terdapat pada wanita dibawah umur 35 tahun. Di Indonesia, insidens kanker leher rahim meningkat sejak usia 25-34 tahun dan menunjukkan puncaknya pada usia 45- 54 tahun. Di negara Filipina pernah dilaporkan oleh satu kasus di rumah sakit semi-swasta, kanker leher rahim ini terdiagnosis pada anak berusia 12 tahun setelah melahirkan anak pertamanya pada usia 11 tahun.
Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS ). Sebagian besar lesi prakanker tidak menimbulkan gejala dan kalaupun ada berupa: perdarahan sesudah bersanggama, perdarahan di luar masa haid, perdarahan pada pascamenopause, keluar cairan dari vagina berwarna kemerahan, rasa berat di perut bawah dan rasa kering di vagina.
Bila sudah terjadi kanker maka akan timbul gejala yang sesuai dengan tingkat penyakitnya yaitu dapat lokal atau tersebar. Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan sesudah bersanggama atau dapat juga terjadi perdarahan di luar masa haid seperti perdarahan pasca-menopause. Bila tumornya besar dapat terjadi infeksi dan menimbulkan cairan berbau yang mengalir keluar dari vagina. Bila penyakitnya sudah lanjut maka akan timbul nyeri pinggul, gejala yang berkaitan dengan kandung kemih dan usus besar. Gejala lain yang ditimbulkan dapat berupa gangguan organ yang terkena misalnya otak (nyeri kepala, gangguan kesadaran), paru (sesak atau batuk darah), tulang (nyeri atau patah tulang), hati (nyeri perut kanan atas, kuning atau pembengkakan) dan lain-lain. Akibat serius dari penyakit ini adalah kematian. Makin tinggi stadium penyakitnya makin sedikit penderita yang dapat bertahan hidup.
Pap smear bermanfaat untuk menapis kanker leher rahim ini pada stadium prakanker yang kemudian dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan biopsi jaringan dengan atau tanpa alat bantu seperti kolposkopi.
Dalam upaya menurunkan angka kejadian kanker leher rahim, perlu disadari akan pentingnya pencegahan dan deteksi dini. Salah satu tindakan pencegahan adalah penyuntikan vaksin HPV yang harganya saat ini kurang dari satu juta rupiah sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat kita.
IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) sudah memasukkan vaksin HPV dalam agenda vaksinasi yang diberikan pada anak (usia 10 thn)
PERDOSKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia) juga sudah menganjurkan vaksin HPV (yang quadrivalent) pada pria untuk mencegah kondiloma akuminata atau genital warts atau kutil kelamin.
Siapa sih yang dianjurkan mendapat vaksin HPV?
1. Remaja putri di atas 9 tahun
2. Wanita dewasa sampai usia 55 thn
3. Pria usia 9 – 26 thn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar