c
Hello teman terimaksih telah berkunjung di blog BERBAGI ILMU sebelunya aku mohon maaf apabila yang anda cari tidak sesuai dengan yang anda harapkan disini kita semua belajar dan saya sebagai admin berusaha untuk berbagi ilmu dengan anda semoga bermamfaat salam hangat IVAN JUNTAK.
Share |

Senin, 20 Desember 2010

Anatomi mata dan Fisiologi Mata

Anatomi dan Fisiologi Pada Mata


Secara garis besar anatomi mata dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, dan untuk ringkasnya fisiologi mata akan diuraikan secara terpadu. Keempat kelompok ini terdiri dari :
1) Palpebra
Dari luar ke dalam terdiri dari : kulit, jaringan ikat lunak, jaringan otot, tarsus, vasia dan konjungtiva.
Fungsi dari palpebra adalah untuk melindungi bola mata, bekerja sebagai jendela memberi jalan masuknya sinar kedalam bola mata, juga membasahi dan melicinkan permukaan bola mata.
2) Rongga mata
2) Rongga mata

Merupakan suatu rongga yang dibatasi oleh dinding dan berbentuk sebagai piramida kwadrilateral dengan puncaknya kearah foramen optikum. Sebagian besar dari rongga ini diisi oleh lemak, yang merupakan bantalan dari bola mata dan alat tubuh yang berada di dalamnya seperti: urat saraf, otot-otot penggerak bola mata, kelenjar air mata, pembuluh darah
3) Bola mata
Menurut fungsinya maka bagian-bagiannya dapat dikelompokkan menjadi:
o Otot-otot penggerak bola mata
o Dinding bola mata yang teriri dari : sklera dan kornea. Kornea kecuali sebagai dinding juga berfungsi sebagai jendela untuk jalannya sinar.
o Isi bola mata, yang terdiri atas macam-macam bagian dengan fungsinya masing-masing
4) Sistem kelenjar bola mata
Terbagi menjadi dua bagian:
o Kelenjar air mata yang fungsinya sebagai penghasil air mata
o Saluran air mata yang menyalurkan air mata dari fornik konjungtiva ke dalam rongga hidung
Asuhan keperawatan ablasio retina
Posted August 19th, 2009 by admin
ASUHAN KEPERAWATAN ABLASIO RETINA
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina,ablasio retina merupakan masalah mata yang serius dan memerlukan perawatan yang serius pula.
PENGERTIAN
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).
PENYEBAB
a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
(
MANIFESTASI KLINIS

• Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya
• Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba
• Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen
• Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan makula
PENATALAKSANAAN
? Tirah baring dan aktivitas dibatasi
? Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
? Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina
? Pasien tidak boleh terbaring terlentang
? Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
? Cara Pengobatannya:
• Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina.
Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen.
• Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina.
• Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan.
(C. Smelzer, Suzanne, 2002).
KOMPLIKASI
a. Komplikasi awal setelah pembedahan
? Peningkatan TIO
? Glaukoma
? Infeksi
? Ablasio koroid
? Kegagalan pelekatan retina
? Ablasio retina berulang
b. Komplikasi lanjut
? Infeksi
? Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
? Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
? Diplopia
? Kesalahan refraksi
? astigmatisme
PATHWAYS
Inflamasi intraokuler/tumor perub degeneratif dlm viterus
Konsentrasi as. Hidlorunat ber(-)
Peningkatan cairan eksudattif/sserosa
Vitreus mjd makin cair
Vitreus kolaps dan bengkak ke depan
Tarikan retina
Robekan retina
Sel-sel retina dan darah terlepas
Retina terlepas dari epitel berpigmen
Penurunan tajam pandang sentral
Ditandai dengan:
- floater dipersepsikan sbg titik-titik hitamkecil/rumah laba-laba
- Bayangan berkembang/tirai bergerak dilapang pandang
MANIFESTASI KLINIS

• Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya
• Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba
• Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen
• Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan makula
PENATALAKSANAAN
? Tirah baring dan aktivitas dibatasi
? Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
? Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina
? Pasien tidak boleh terbaring terlentang
? Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
? Cara Pengobatannya:
• Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina.
Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen.
• Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina.
• Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan.
(C. Smelzer, Suzanne, 2002).
KOMPLIKASI
a. Komplikasi awal setelah pembedahan
? Peningkatan TIO
? Glaukoma
? Infeksi
? Ablasio koroid
? Kegagalan pelekatan retina
? Ablasio retina berulang
b. Komplikasi lanjut
? Infeksi
? Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
? Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
? Diplopia
? Kesalahan refraksi
? astigmatisme
PATHWAYS
Inflamasi intraokuler/tumor perub degeneratif dlm viterus
Konsentrasi as. Hidlorunat ber(-)
Peningkatan cairan eksudattif/sserosa
Vitreus mjd makin cair
Vitreus kolaps dan bengkak ke depan
Tarikan retina
Robekan retina
Sel-sel retina dan darah terlepas
Retina terlepas dari epitel berpigmen
Penurunan tajam pandang sentral
Ditandai dengan:
- floater dipersepsikan sbg titik-titik hitamkecil/rumah laba-laba
- Bayangan berkembang/tirai bergerak dilapang pandang
2. Arus Udara

- Dalam trachea: bising tracheal: leher depan
- Bronkhus besar: bising bronkhial: anatara skapula
- Bronkhiolus dan Alveolus: Vesikuler: 1 dan 2 depan
Cepatnya arus mempengaruhi bising.
3. Saluran Udara
Saluran nafas ? ronkhus ? Alviolus.
Penyempitan pada astma- bising bertambah – Wheezing
Cepatnya arus mempengaruhi bising
4. Penghalang
Suara dikeluarkan – getaran disalurkan dari pita suara melalui trachea, bronkhus, jaringan paru, pleura, dinding thoraks – kulit : fremitus.
PEMERIKSAAN JASMANI
Terdiri dari: Anamnesis, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1. Anamnesis.
a. Keluhan utama penyakit yang diderita, alat-alat tubuh lain, rohani, penyakit yang pernah diderita, keturunan, sosek, nutrisi, lingkungan, obat-obat yang digunakan.
2. Gejala Lokal
- Batuk : Kering
: basah
: Spastik (tdk mudah berhenti).
- Sesak nafas
: karena penyakit lain
: Tersumbat
: Kelainan paru
: Gangguan lambung, ascites
- Pengeluaran Dahak
Sifat – sifat : cair kental, lekat, berbusa, berwarna, bau, jumlah dan darah
- Nyeri Dada
- Karena kelainan dinding thoraks, mediastinum, dalam perut.
Dalam jaringan paru tidak menyebabkan nyeri – pleura perietalis terangsang.
- Bersumber dari otot, subcutis, tulang iga, saraf I. C.
3. Gejala Umum
Suhu , pusing nafsu makan ?, lemah, keringat dingin.
PEMERIKSAAN PARU
1. Inspeksi
? Posisi : duduk, baring
? Arah : depan, belakang, atas
? Bentuk :
- Ptisis ( panjang dan gepeng )
- Thoraks : dada burung
- Barel chest ( seperti tong )
- Cekung kedalam
? Kesimetrisan
? Gerakan pernapasan
? Frekkuensi N pada orang dewasa 18 – 22 x / menit sifatnya abdominal / thorakoabdominalis
? Frekuansi normal pada anak 30 – 40 x / menit sifatnmya abdominalis / thorakoabdominalis.
? Jenis pernapasan :
- Tachipnea :
Paru / jantung ada gangguan
- Bradipnea:
keracunan balbiturat, uremia, koma diabetis, proses dalam otak
- Cheyne stokes:
keracunan obat bius penyakit jantung, paru, ginjal, perdrahan SSP.
- Biot:
meningitis
- Kusmaul:
Keracunan alkohol, obat bius, koma diabetes, uremia
- Asimetri :
Pneumonia, tbc paru, efusi pleura, tumor
- Dangkal : empisema, tumor paru, cairan dipleura, konsolidasi paru
- Hiperpnea:
lebih dalam, kecepatan normal
- Apneustik:
lesi pusat pernafasan.
- denyut jantung apeks:
jantung membesar, tumor
- Pelebaran vena dada:
tumor mediastinum
- Denyut nadi didada / punggung : koarktasio aorta, anastomosis.
- Penonjolan dada setempat yang berdenyut : aneurysma
2. Palpasi
a. Pemeriksaan kelainan dinding thoraks
- Nyeri tekan.
- Bengkak
- Menonjol
b. Pemeriksaan tanda – tanda penyakit paru
- Gerakan dinding thoraks waktu inspirasi dan ekspirasi
- Kesimetrisan
- Getaran suara ( fremitus vocal ) :
- me?:konsolidasi paru, pnemonia lobaris, tbc, infark paru, atelektasis dll.
- Me? : pleura terisi air, darah, nanah, bronchus tersumbat, emfisema.
c. Memeriksa tanda – tanda penyakit jantung dan aorta
3. Perkusi
a. Perkusi adalah untuk menentukan keadaan paru
? Normal : suara perkusi resonan – dug – dug.
? Sangat resonan : timpanik dang-dang ? udara (pneumothoraks).
? Agak menggendang: sub timpanik – dung ( rongga pleura mengandung udara )
? lebih resonan: belum subtimpanik = hiperresonan deng-deng ( emfisema, pnemonthoraks ringan )
? kurang resonan: deg – deg ( fibrosa )
? Redup : bleg-bleg ( paru-paru padat )
? Pekak : seperti suara perkusi pada paha ( rongga pleura penuh nanah, tumor, fibrosis )
b. Batas Paru
? Atas: fossa supraklavikularis ka – ki
? Bawah: iga 6 midklavikularis, iga 8 mid aksilaris, iga 10 skapularis. Paru kiri lebih tinggi dari pada kanan.
Me?pada anak, fibrosis, konsolidasi, efusi pleura.
Me?pada orang tua, emfisema, pneumothoraks.
4. Auskultasi
a. Suara nafas
- Trakheo bronkhial : Normal pada trachea, seperti meniup pipa pada thoraks penderita pnemonia
- Bronkhovesikuler : Normal pada bronkhi, sternum atas (3 – 4) inspirasi vesikuler, ekpirasi tracheo bron khus
- Vesikuler: Normal Suara jaringan paru, inspirasi dan ekspirasi, tidak terputus, tidak terdengar pada penebalan.
b. Resonan Vocal
Suara pada auskultasi waktu penderita mengucap kata.
- Me pada pneumonia lobarts.
- Me? pada efusi pleura, pleura tebal, pneumothoraks.
5. Suara Tambahan
a. Ronchi: Suara dalam bronchi oleh karena penyempitan lumen bronchi, penyempitan oleh karena selaput lendir bengkak, tumor menekan bronkhus, pada asthma ada wheezing.
c. Krepitasi : Seperti hujan rintik – rintik
Berasal dari bronkhus, alveolus, kavitas paru berisi cairan :
- Halus : Oleh karena alveoli yang tertutup mulai terbuka yang digesekan dengan jari
- Kasar : Seperti suara bila kita meniup air
ok…demikian sekelumit pengkajian umum sistem pernafasan, mungkin ada tambahan? sampaikan bila anda mempunyai tambahan tentang pengkajian sistem pernafasan

1 komentar:

Anonim mengatakan...

thanksss

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...